Senin, 02 Juli 2018

PERUBAHAN ALAM, SOSIAL DAN BUDAYA DAN PERILAKU KEBERAGAMAAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan sering berjalan secara konstan. Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat penelitian perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya dasar penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Pengertian perubahan alam, sosial dan budaya
2.      Bentuk-bentuk perubahan alam, sosial dan budaya
3.      Faktor penyebab perubahan alam, sosial budaya
4.      Faktor pendorong perubahan sosial budaya
5.      Faktor penghambat perubahan sosial budaya
6.      Dampak perubahan sosial budaya
7.      Perubahan alam, sosial dan budaya dalam perilaku keberagamaan


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Perubahan Alam, Sosial dan Budaya
1.   Perubahan Alam
Perubahan alam adalah perubahan bentuk, kenampakan, dan kondisi alam yang terjadi akibat adanya gejala alam.
2.   Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata kehidupan sosial yang baru dalam masyarakat.[1] Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya.
3.   Perubahan Budaya
Perubahan budaya adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan karena perubahan pola pikir masyarakat sebagai pendukung kebudayaan.[2] Unsur-unsur kebudayaan yang berubah adalah sistem kepercayaan/religi, sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan teknologi, bahasa, kesenian, serta ilmu pengetahuan.

B.  Bentuk-Bentuk Perubahan Alam, Sosial dan Budaya
Perubahan alam, sosial dan budaya dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu :
1.  Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.[3] Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat agraris.
2.   Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.[4] Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.
3.   Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.[5] Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana (KB).
4.   Perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat.[6] Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.

C.  Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Alam, Sosial dan Budaya
Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya bukanlah merupakan faktor yang tunggal, tetapi menyangkut hal yang kompleks. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Soeryono Soekanto (1987: 18) menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat.

1.   Faktor internal
a.   Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa, menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mengakibatkan kekosongan misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan.
b.   Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada masyarakat meliputi beberapa hal berikut:
1)   Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu dalam suatu masyarkat.
Contoh: penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
2)   Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari discovery. Contoh: mobil, kreta api, dan lain-lain.
3)   Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi invention, proses inovasi belum selesai.
c.   Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh: teknologi dalam industri tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan manusia menuju  keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, teknologi juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh : teknologi komunikasi seperti dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya hidup, kekerasan, dan lainya.
d.   Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif, namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat berupa hal-hal berikut:
1)  Pertentangan antara individu di dalam masyarakat
2)  Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat
3)  Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
4)  Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di dalam masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
e.   Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan budayanya. Oleh karena itu, masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh: melalui pendidikan, seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya untuk memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.
f.   Pemberontakan atau revolusi
Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh: revolusi kemerdekaan Indonesia.

2.   Faktor Eksternal
a.   Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat. Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang memporak porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut

b.   Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh masyarakat mereka. Contoh : perang antara Amerika dan sekutu terhadap Irak. Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi sistem politik, sosial, dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq seperti emansipasi kaum perempuan Iraq.
c.   Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
Kontak  kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif dan negatif. Contoh: kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat (Eropa). Pengaruh positif yang didapat oleh masyarakat Indonesia antara lain berupa transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun pengaruh negatif yang diperoleh bangsa  Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak muda di dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan (westernis).

D.  Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut:
1.  Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan mempercepat laju perubahan sosial budaya.
2.   Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain. Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.
3.  Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4.   Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
5.  Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima halhal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.
6.   Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
7.   Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.
8.   Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
 9.  Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai pedoman hidup.  Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan perubahan.
10. Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.

E.   Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1.   Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka dan polapola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
2.   Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
3.   Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
4.   Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan menolak segala bentuk perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem yang telah ada. Mereka takut adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.
5.   Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada umumnya.Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.
6.   Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka senantiasa berprasangka buruk terhadap budaya asing. Akibatnya, mereka menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing, walaupun akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
7.   Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa demikian? Setiap orang memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Oleh karena itu, perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.
8.   Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi didalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk di rubah.

F.  Dampak Adanya Perubahan Sosial Budaya
Adanya perubahan sosial budaya tentunya akan ada dampak yang ditimbulkan. Dampak tersebut dapat menjadi positif dan dapat pula menjadi negatif.
1.      Dampak Positif
Ø      cepat masuknya budaya asing yang memperkaya budaya Indonesia
Ø      perubahan pola piker tradisional menjadi pola pikir rasional, sistematis, analitis, dan logis
Ø      munculnya sikap lebih menghargai waktu, dan lain-lain.
2.      Dampak Negatif
·         sikap materialistik
·         individualistik
·         konsumerisme
·         kesenjangan sosial ekonomi
·         pencemaran
·         kriminalitas
·         kenakalan remaja
G.  Perubahan Alam, Sosial dan Budaya dalam Perilaku Keberagamaan
Contoh-contoh perubahan alam, sosial dan budaya kaitannya dengan perilaku keberagamaan seseorang atau masyarakat, antara lain :
1.      Perubahan Alam
a.    Perubahan iklim akibat adanya global warming yang mengakibatkan adanya peningkatan suhu udara di berbagai wilayah. Suhu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresifitas.
b.      Perubahan cuaca, misal dari cuaca cerah menjadi hujan, oleh sebagian orang yang biasa shalat jamaah di masjid, karena adanya hujan, dapat menjadikannya enggan ke masjid.
c.   Pergeseran lempeng bumi, misal di pulau jawa, adanya desakan antara lempeng samudra Hindia dengan lempeng benua Asia mengakibatkan pergeseran arah kiblat walau hanya beberapa derajat. Adanya pergeseran arah kiblat ini terjadi diskusi warga masjid, akankah diadakan perbaikan atau tidak usah.
2.      Perubahan Sosial
a.       Cara berpakaian
-  Pemakaian hijab (kerudung) yang dulunya asal rapi dan menutup sekarang cara pemakaiannya cenderung agak rumit.
-     Busana muslim yang dulunya asal cukup menutup aurat dan rapi, sekarang model dan bahan pembuatannya beragam, dan bahkan tidak sedikit yang katanya menutup aurat tetapi masih menggambarkan lekuk-lekuk tubuh si pemakai.
b.    Datangnya bulan Ramadhan juga membawa perubahan sosial terutama di Indonesia. Misal, artis-artis di Indonesia yang tadinya tidak berhijab tiba-tiba berhijab dan menjadi alim. Datangnya bulan Ramadhan juga membawa perubahan dari masyarakat yang cenderung hedonis menjadi berkepedulian sosial.
3.      Perubahan Budaya
a.     Acara kenduri yang dulunya adalah acara persembahan atau pengorbanan kepada Sang Hyang Bahurekso oleh para ulama’ diarahkan/dialihkan menjadi acara selamatan yang Islami.
b.    Kesenian daerah, misal: tembang jawa, gamelan, bonang, wayang dan lain-lain yang dulunya mungkin sekedar hiburan dan terpengaruh budaya Hindu-Budha oleh Wali Songo disempurnakan dan dijadikan media dakwah sehingga berubah menjadi kesenian yang bernuansa Islami dan bernilai filosofi tinggi.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membanding-kannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di  Indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju dan tidak berubah.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan mana sering berjalan secara konstan. Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.

B.   Kritik dan Saran
Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran konstruktif kepada kami untuk perbaikan makalah agar lebih bagus lagi.






DAFTAR PUSTAKA


Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH, MA. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Anggit Suko Pandu. https://www.academia.edu/7291576/PERUBAHAN_SOSIAL_BUDAYA. 13-11-2014


[2] Anggit Suko Pandu. https://www.academia.edu/7291576/PERUBAHAN_SOSIAL_BUDAYA. 13-11-2014
[5] Ibid
[6] Ibid

3 komentar:

Populer :