1. Q.S. Luqman Ayat 13
وَإِذْ قَالَ
لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya : Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”
Allah Swt. menceritakan tentang nasihat Luqman kepada anaknya. Luqman
adalah anak Anqa ibnu Sadun, dan nama anaknya ialah Saran, menurut suatu pendapat
yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi.
Allah Swt. menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan yang baik, bahwa Dia
telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang merupakan
buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang paling
dikasihinya sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah hal
pertama yang dia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah
semata, jangan mempersekutukannya dengan sesuatu pun. Kemudian Luqman
memperingatkan anaknya, bahwa:
(إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)
sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman: 13)
Yakni perbuatan
mempersekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.
2. Q.S. Al-Kahfi Ayat 110
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ
إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا
صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Artinya : Katakanlah,
"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang
diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadat kepada Tuhannya.”
ImamTabrani telah meriwayatkan melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari
Ismail ibnu Ayyasy, dari Amr ibnu Qais Al-Kufi, bahwa ia pernah mendengar
Mu'awiyah ibnu Sufyan berkata, "Ayat ini merupakan ayat yang paling akhir
diturunkan ."
Selanjutnya ia
mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw.:
(قُلْ)
Katakanlah. (Al-Kahfi: 110)
kepada
orang-orang musyrik yang mendustakan kerasulanmu kepada mereka.
(إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ)
Sesungguhnya
aku ini hanya seorang manusia seperti kalian. (Al-Kahfi: 110)
Maka barang siapa menyangka bahwa aku ini dusta, hendaklah ia
mendatangkan hal yang semisal dengan apa yang aku sampaikan ini. Karena
sesungguhnya aku tidak mengetahui hal yang gaib menyangkut berita masa silam yang
kusampaikan kepada kalian berdasarkan permintaan kalian, seperti kisah tentang
para pemuda penghuni gua, dan kisah Zulqarnain.
Kisah tersebut ternyata sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
Seandainya bukan karena Allah yang telah memberitahukannya kepadaku, tentulah
aku tidak mengetahuinya. Dan sesungguhnya aku hanya memberitahukan kepada
kalian bahwa:
(أَنَّمَا إِلَهُكُمْ)
Sesungguhnya
Tuhan kalian itu. (Al-Kahfi:
110)
yang aku seru
kalian untuk menyembah-Nya.
(إِلَهٌ وَاحِدٌ)
adalah Tuhan
Yang Maha Esa. (Al-Kahfi: 110)
tidak ada sekutu bagi-Nya.
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ
رَبِّهِ)
Barang siapa
mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya. (Al-Kahfi: 110)
Yakni ingin
memperoleh pahala dan balasan kebaikan-Nya.
(فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا)
maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh. (Al-Kahfi: 110)
Yaitu segala
amal perbuatan yang disetujui oleh syariat Allah.
(وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ
رَبِّهِ أَحَدًا)
dan
janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (Al-Kahfi: 110)
Yakni dengan mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada
sekutu bagi-Nya. Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya,
yaitu harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat yang telah
dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
3. Q.S. At-Taubah Ayat 36
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي
كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Artinya : Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan
yang empat itu dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.
(وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ
كَافَّةً)
Dan
perangilah kaum musyrik itu semuanya. (At-Taubah: 36)
Artinya,
perangilah oleh kalian semua orang musyrik itu.
(كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً)
sebagaimana
mereka pun memerangi kalian semua. (At-Taubah: 36)
Yaitu sebagaimana
mereka semua memerangi kalian.
(وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ
الْمُتَّقِينَ)
dan
ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (At-Taubah: 36)
4. Q.S. At-Taubah Ayat 113
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا
لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ
أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113) وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ
لأبِيهِ إِلا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ
عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ (114)
Artinya :
Tiadalah sepatutnya bagi
nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah
jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka
Jahim. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya
tidak lain hanyalah karena sesuatu janji yang telah diikrarkannya kepada
bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang
yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
ayat ini, bahwa pada awal mulanya mereka memohonkan ampun kepada Allah buat
orang tua-orang tua mereka (di masa Jahiliah), hingga ayat ini diturunkan. Maka
sejak itu mereka tidak lagi memohonkan ampun buat orang-orang mati mereka (di
masa Jahiliah). Mereka juga tidak dilarang memohonkan ampun kepada Allah buat
orang-orang yang masih hidup sebelum matinya, kemudian Allah menurunkan
firman-Nya: Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
bapaknya tiada lain. (At-Taubah: 114), hingga akhir ayat.
5. Q.S. An-Nisa Ayat 48
إِنَّ اللَّهَ لَا
يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذلِكَ لِمَنْ يَشاءُ وَمَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرى إِثْماً عَظِيماً
Artinya : Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ)
Dia tidak
akan mengampuni dosa mempersekutukan Dia
yakni Dia tidak
akan memberikan ampunan kepada seorang hamba yang menghadap kepada-Nya dalam
keadaan mempersekutukan Dia.
(وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ)
dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu. (An-Nisa: 48)
Yang dimaksud
dengan ma dalam ayat ini ialah segala macam dosa.
(لِمَنْ يَشَاءُ)
bagi siapa
yang dikehendaki-Nya.
(An-Nisa: 48)
dari kalangan
hamba-hamba-Nya.
Referensi :
Kitab Tafsir
Ibnu Katsir oleh Ismail bin 'Amr Al-Quraisyi bin
Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar